Bacaan Alkitab Setahun: Amsal 29; Kolose 2; 2 Tawarikh 16-17
Mencermati politik kadang seru juga. Seperti mengikuti sidang parlemen pemilihan ketua parlemen di Kenya. Diikuti partai oposisi dan partai pendukung presiden baru terpilih, sidang dibuka dengan doa. Namun, situasi itu berubah cepat menjadi perang mulut dan saling tuding. Seorang anggota partai menuding pihak tertentu merampok suara dalam pemilihan yang seharusnya bersifat rahasia itu. Pihak tertuduh kemudian balik menudingnya mengintimidasi para pemilih yang hadir. Alhasil kesepakatan tidak tercapai dan mereka tenggelam dalam pertikaian yang terus berlanjut.
Mari kita cermati ketika terjadi kekeliruan atau ketidakberesan dalam suatu tim kerja, pelayanan, hubungan, atau apapun, respon pertama apa yang muncul? Kalau mau jujur, siapa yang pertama kali menjadi sasaran "tudingan" atas ketidakberesan itu? Diri kita sendiri atau orang lain? Tidak perlu diingatkan, kita cenderung mencari "kambing hitam", bahkan saat kita sendiri yang sebenarnya bersalah.
Saat subyektivitas begitu tinggi, sulit melihat ketidakberesan secara obyektif. Kecenderungan ini adalah salah satu efek dosa. Manusia jadi egois dan cenderung lebih melihat orang lain untuk bertanggung jawab atas suatu masalah. Igat apa yang Adam dan Hawa lakukan? Mereka saling tuduh. Tapi Yesus memberikan suatu peringatan keras terhadap sikap seperti itu. Sebelum menyatakan orang lain bersalah, hendaknya terlebih dahulu bercermin dan melihat semuanya dengan obyektif. Jadi, jangan terburu-buru bereaksi, dan ingat selalu bahwa tidak ada seorangpun yang sudah sempurna, atau luput dari kesalahan, termasuk diri kita.
Tidak ada seorangpun yang luput dari kesalahan, termasuk kita.